Apakah Direktur Narsis Masih Peduli dengan Penghindaran Pajak? Ini Temuannya!
05 Mei 2025
43
Suka
Dalam dunia korporasi, kepribadian pemimpin sering mempengaruhi keputusan strategis, termasuk dalam urusan pajak. Dosen Akuntansi UBAYA, Ibu Permata Ayu Widyasari, S.A., MBA. melakukan penelitian untuk menguji apakah direktur utama yang memiliki sifat narsis cenderung melakukan penghindaran pajak. Dalam konteks ini, sifat narsis yang dimaksud merujuk pada tingkat kepercayaan diri yang tinggi serta keinginan untuk mendapatkan pengakuan dan citra positif di mata publik. Menariknya, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa narasi umum ini tidak lagi relevan di tengah ketatnya pengawasan perpajakan di Indonesia.
Direktur Utama Narsis Tak Lagi Tertarik Hindari Pajak
Narsisme direktur utama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penghindaran pajak. Direktur dengan kepercayaan diri yang tinggi, cenderung lebih fokus menjaga reputasi daripada mengambil resiko dikenai sanksi pajak. Hal ini menunjukkan bahwa efek jera dari kebijakan pemerintah telah mengubah orientasi pengambilan keputusan para eksekutif.
Sifat narsisme pada direktur utama bukan lagi faktor dominan dalam penghindaran pajak. Kebijakan fiskal seperti pengampunan pajak, pertukaran data internasional, dan sanksi berat telah menciptakan efek jera yang kuat. Kini, indikator seperti intensitas modal dan profitabilitas lebih relevan untuk menganalisis resiko penghindaran pajak. Oleh karena itu, pembuat kebijakan dan otoritas pajak harus menyusun strategi pemeriksaan yang lebih akurat dengan pada berbasis indikator objektif.
Peran Direktur Keuangan Tak Bisa Diabaikan
Pengaruh direktur utama tidak bisa dilepaskan dari peran direktur keuangan. Dalam sistem tata kelola two-tier seperti di Indonesia, keputusan perpajakan sangat bergantung pada sinergi antara kedua pimpinan ini. Maka dari itu, kepribadian dan kompetensi direktur keuangan menjadi faktor krusial dalam praktik tax planning perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa direktur keuangan dengan kompetensi tinggi dan kepribadian yang tepat dapat memperkuat pengambilan keputusan pajak yang lebih hati-hati dan sesuai regulasi.
Teori Upper Echelon Mulai Terkikis
Teori upper echelon menyatakan bahwa keputusan perusahaan merefleksikan karakter top manajemen. Dalam konteks penghindaran pajak, teori ini mulai kehilangan relevansi karena faktor eksternal seperti pengampunan pajak dan pertukaran informasi keuangan internasional ternyata lebih berpengaruh dibanding kepribadian direktur.
Intensitas Modal Jadi Indikator Potensial Penghindaran Pajak
Intensitas modal berkontribusi signifikan terhadap penghindaran pajak melalui perolehan aset atau revaluasi aset dalam usaha untuk memunculkan beban penyusutan yang tinggi, sehingga pada akhirnya menurunkan laba kena pajak. Hal ini menjadi indikator penting bagi fiskus dalam mendeteksi potensi tax avoidance.
Pertumbuhan Penjualan Tidak Berpengaruh
Pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun pendapatan meningkat, perusahaan tidak otomatis melakukan strategi yang agresif dalam perpajakan. Yang lebih menentukan adalah struktur biaya dan kebijakan investasi perusahaan.
Sebaliknya, rasio laba terhadap ekuitas (ROE) menunjukkan dampak positif terhadap penghindaran pajak. Perusahaan yang lebih profitable cenderung berupaya menekan beban pajaknya agar dapat menjaga efisiensi dan meningkatkan arus kas. Hal ini membuktikan bahwa insentif ekonomi tetap menjadi pendorong utama dalam strategi penghindaran pajak.
Peran Direktur Keuangan Tak Bisa Diabaikan
Pengaruh direktur utama tidak bisa dilepaskan dari peran direktur keuangan. Dalam sistem tata kelola two-tier seperti di Indonesia, keputusan perpajakan sangat bergantung pada sinergi antara kedua pimpinan ini. Maka dari itu, kepribadian dan kompetensi direktur keuangan menjadi faktor krusial dalam praktek tax planning di perusahaan.
*Note:
Ulasan di atas merupakan rangkuman dari:
Widyasari, P. A., & Gunawan, M. P. (2023). Apakah penghindaran pajak penting bagi narsisme direktur utama? Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 14(1), 1–12.
SPT PPh OP: Panduan Lengkap untuk Wajib Pajak Orang Pribadi
11 April 2025
Mengenal Coretax: Sistem Administrasi Perpajakan Modern di Indonesia
10 April 2025
Ingin Menjadi Seorang Auditor? Simak Persyaratannya!
10 April 2025
Akuntansi UBAYA Berkomitmen Membekali Mahasiswa Dengan Pelaporan Berkelanjutan
09 April 2025
judul2025-04-09 16:02:33
09 April 2025
Kenapa Sih Akuntansi Biaya Penting dalam Pengambilan Keputusan Manajerial?
26 Maret 2025
Belajar Coretax Bersama Ahlinya: Kolaborasi Akuntansi UBAYA Dengan WiN Partners dan Tax Academy Indonesia
26 Maret 2025
Akuntansi UBAYA Berhasil Meraih TOP 5 dalam Perlombaan CFA Institute Research Challenge 2025
26 Maret 2025
Dari Data ke Keputusan: Peran Sistem Informasi Akuntansi dalam Bisnis
24 Maret 2025
Akuntansi UBAYA Kembali Berprestasi di Lomba Karya Tulis Ilmiah eLKTIA 2025
24 Maret 2025
Yuk Kenali Jenis-jenis Anggaran Sektor Publik
21 Maret 2025
Mengenal Cloud Accounting: Solusi Modern untuk Manajemen Keuangan Bisnis
19 Maret 2025
Metafora Kuda Troya dan Akuntansi Inovasi: Meningkatkan Nilai Bisnis dengan TikTok
17 Maret 2025
Blockchain Untuk Akuntansi: Meningkatkan Efisiensi dan Kepercayaan dalam Transaksi
17 Maret 2025
Peran Faktor Psikologis dalam Tindakan Fraud: Menentang Konsep Fraud Triangle
10 Maret 2025
Mengoptimalkan Logistik, Bisnis, dan Akuntansi di Era Digital: Peran Internet of Things (IoT) dalam Bisnis dan Akuntansi
09 Maret 2025
Kolaborasi Program Doktor Akuntansi UBAYA dan Valahia University of Targoviste, Romania: Pelatihan Analisis dan Visualisasi Data oleh Dosen Akuntansi UBAYA
04 Maret 2025
Memahami Accrued dan Deferred dalam Akuntansi: Prinsip Dasar Dalam Pembuatan Jurnal Penyesuaian
04 Maret 2025
Dampak dan Implikasi dari Corporate Action bagi Investor
04 Maret 2025
Job Costing vs Process Costing: Perbedaan, Contoh, dan Aplikasi dalam Akuntansi Biaya
04 Maret 2025
Mengenal Jurnal Umum dan Jurnal Khusus: Perbedaan, Fungsi, dan Cara Memaksimalkan Penggunaannya