Karakteristik CEO dan Pengaruhnya terhadap Manajemen Laba di Indonesia
21 Mei 2025
125
Suka
CEO sebagai pemimpin tertinggi dalam perusahaan memainkan peran kunci dalam pengambilan keputusan strategis dan pelaporan keuangan. Di tengah meningkatnya perhatian terhadap integritas laporan keuangan perusahaan di Indonesia, dosen Akuntansi UBAYA, Dr. Rizky Eriandani, S.E., M.Ak., melakukan penelitian untuk menguji bagaimana karakteristik CEO, seperti gender, masa jabatan, dan pergantian posisi, mempengaruhi praktek manajemen laba pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2017 hingga 2019.
Penelitian tersebut menggunakan 744 sampel perusahaan non-keuangan dengan metode regresi data panel dan model efek acak untuk menguji hubungan antara karakteristik CEO dan manajemen laba yang diproksikan melalui discretionary accruals. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak semua karakteristik CEO mempengaruhi praktek manajemen laba secara signifikan.
Keberadaan CEO perempuan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap praktek manajemen laba. Hal ini bertentangan dengan sebagian literatur yang menyatakan bahwa CEO perempuan cenderung lebih konservatif dan etis. Peneliti menduga bahwa tekanan dari pihak eksternal dapat mempengaruhi pengambilan keputusan CEO perempuan, sehingga mengurangi pengaruh positif dari karakteristik gender mereka dalam pelaporan keuangan.
Masa jabatan CEO (tenure) juga tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Meskipun literatur sebelumnya menyebutkan bahwa CEO dengan masa jabatan yang panjang memiliki kecenderungan untuk lebih fokus pada pertumbuhan dan stabilitas jangka panjang, dalam konteks Indonesia, hasilnya menunjukkan bahwa baik CEO baru maupun lama cenderung tidak menggunakan masa jabatan mereka sebagai dasar untuk melakukan atau menahan diri dari manajemen laba.
Temuan yang signifikan muncul pada variabel pergantian CEO (CEO turnover). Perusahaan yang mengalami pergantian CEO menunjukkan kecenderungan lebih tinggi untuk melakukan manajemen laba. Hal ini konsisten dengan praktek “earnings bath” yang dilakukan oleh CEO baru, yaitu upaya untuk menurunkan laba pada awal masa jabatan guna menyalahkan kinerja CEO sebelumnya dan menurunkan ekspektasi pada masa mendatang.
Dua variabel kontrol yakni ukuran perusahaan (firm size) dan Return on Assets (ROA) juga memiliki pengaruh signifikan. Ukuran perusahaan menunjukkan hubungan negatif terhadap manajemen laba, menandakan bahwa perusahaan besar cenderung memiliki sistem pengendalian internal yang lebih kuat. Sementara ROA memiliki pengaruh positif, menunjukkan bahwa laba yang tinggi dapat mendorong manajemen untuk melakukan manipulasi demi mempertahankan citra positif perusahaan.
Variabel lain seperti usia perusahaan, leverage, dan rasio Market-to-Book tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap praktek manajemen laba. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak semua karakteristik keuangan atau struktural perusahaan mampu menjelaskan perilaku manajemen dalam mengatur laporan keuangannya.
Dari tiga karakteristik utama CEO yang diuji, hanya pergantian CEO yang memiliki pengaruh signifikan terhadap praktek manajemen laba di perusahaan non-keuangan di Indonesia. Pemegang saham dan dewan komisaris perlu mempertimbangkan dinamika manajemen puncak saat menilai resiko manipulasi laporan keuangan. Kedepannya, perhatian lebih perlu diberikan pada masa transisi kepemimpinan perusahaan sebagai periode yang rentan terhadap praktek manipulatif, serta memperkuat tata kelola perusahaan untuk meminimalkan resiko tersebut.
*Note:
Ulasan di atas merupakan rangkuman dari:
Amelia, & Eriandani, R. (2021). CEO characteristics and earnings management: Evidence from Indonesia. Journal of Management and Business, 20(2), 141–153.