Mengembangkan Ekonomi Biru: Teknologi dan Pendekatan Berkelanjutan untuk Masa Depan Lautan
13 Mei 2025
23
Suka
Apa Itu Ekonomi Biru?
Ekonomi biru adalah konsep yang berkembang pesat yang berfokus pada pemanfaatan sumber daya kelautan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sambil menjaga keberlanjutan lingkungan. Ekonomi biru memiliki potensi besar untuk menghasilkan pendapatan dan lapangan pekerjaan, terutama bagi negara-negara kepulauan dan pesisir (World Bank, 2017) termasuk Indonesia. Namun, keberhasilan ekonomi biru sangat bergantung pada pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan untuk memastikan keamanan ekosistem. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana inovasi teknologi dan kebijakan yang tepat dapat mempercepat perkembangan ekonomi biru, dengan fokus pada pemberdayaan ekonomi lokal dan perlindungan lingkungan.
Komponen Utama Ekonomi Biru:
Ekonomi biru melibatkan berbagai sektor yang memanfaatkan potensi laut secara berkelanjutan. Beberapa komponen utama dari ekonomi biru antara lain:
Perikanan dan Akuakultur: Sektor ini memberikan kontribusi signifikan terhadap keamanan pangan dunia, dengan lebih dari satu miliar orang mengandalkan ikan sebagai sumber utama protein hewani.
Energi Laut: Termasuk energi dari ombak, arus laut, dan angin yang dapat menggantikan sumber energi fosil dan berpotensi mengurangi emisi karbon.
Pariwisata Berbasis Laut: Seiring dengan meningkatnya permintaan akan pariwisata yang berbasis pada keindahan alam laut, sektor ini juga berpotensi besar dalam ekonomi biru.
Inovasi Teknologi Kelautan: Teknologi baru yang digunakan untuk pemantauan ekosistem laut, pengelolaan sumber daya laut, dan penanganan polusi laut menjadi kunci dalam mewujudkan ekonomi biru yang berkelanjutan.
Salah satu teknologi yang sangat penting dalam pengembangan ekonomi biru adalah dalam sektor akuakultur. Akuakultur atau budidaya ikan telah berkembang pesat dan menjadi sumber utama pangan di banyak negara termasuk Indonesia. Namun, sektor ini menghadapi tantangan besar, seperti dampak lingkungan yang dihasilkan dari tingginya permintaan seafood, polusi laut, dan kerusakan habitat laut. Teknologi akuakultur yang berkelanjutan, seperti sistem akuakultur tertutup dan pemantauan kualitas air menggunakan sensor pintar, dapat mengurangi dampak buruk terhadap ekosistem laut. Sistem akuakultur tertutup memungkinkan ikan dibudidayakan dalam lingkungan yang terkendali, mengurangi ketergantungan pada laut terbuka dan meminimalkan pencemaran.
Selain itu, energi terbarukan dari laut juga menjadi sektor yang semakin berkembang dalam ekonomi biru. Teknologi pembangkit energi ombak dan arus laut menawarkan solusi energi yang ramah lingkungan, menggantikan ketergantungan pada energi fosil. Dengan menggunakan teknologi ini, kita bisa memanfaatkan energi yang dihasilkan oleh gelombang laut dan arus laut untuk menghasilkan pembangkit listrik bersih yang tidak hanya dapat mengurangi emisi karbon, tetapi juga dapat menjadi peluang ekonomi baru di daerah pesisir. Beberapa negara telah mulai mengembangkan proyek-proyek energi laut yang dapat mengurangi polusi sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan di sektor energi terbarukan. Teknologi pemantauan laut juga memainkan peran penting dalam menjaga keberlanjutan ekonomi biru. Penggunaan satelit untuk memantau kesehatan laut, suhu air, dan kandungan oksigen di perairan dapat memberikan data yang sangat dibutuhkan untuk pengelolaan ekosistem laut yang lebih baik. Inovasi seperti drone bawah laut juga memungkinkan ilmuwan untuk memetakan terumbu karang dan keanekaragaman hayati laut secara lebih efektif. Dengan memanfaatkan teknologi ini, kita bisa mendapatkan data yang lebih akurat untuk merencanakan langkah-langkah konservasi yang lebih efektif dan memantau dampak perubahan iklim terhadap ekosistem laut.
Namun, meskipun teknologi memiliki potensi besar untuk mendukung pengembangan ekonomi biru, ada beberapa tantangan yang perlu menjadi pertimbangan. Salah satunya adalah ketergantungan sektor-sektor kelautan pada sumber daya alam yang terbatas. Misalnya, penangkapan ikan berlebih tanpa regulasi (overfishing) tetap menjadi masalah besar di banyak wilayah, dan kerusakan habitat akibat perusakan terumbu karang dan mangrove mengancam keberlanjutan sumber daya ini. Teknologi memang dapat membantu memitigasi beberapa masalah ini, tetapi pengelolaan yang bijaksana dan penegakan kebijakan yang ketat tetap diperlukan agar ekonomi biru dapat berkembang secara berkelanjutan. Penggunaan teknologi harus sejalan dengan kebijakan yang mendukung konservasi dan perlindungan ekosistem laut, seperti yang dilakukan dalam kebijakan pengelolaan sumber daya berbasis ekosistem.
Selain itu, sektor-sektor dalam ekonomi biru sering kali saling bersaing untuk mengakses ruang laut yang terbatas. Misalnya, antara sektor perikanan, energi laut, dan pariwisata, yang dapat menyebabkan degradasi lingkungan jika tidak ada perencanaan ruang laut yang terpadu. Oleh karena itu, penting untuk mengintegrasikan teknologi dengan perencanaan ruang laut yang lebih baik agar setiap sektor bisa berkembang tanpa merusak sektor lainnya. Kebijakan ruang laut yang terkoordinasi dan pengawasan yang efektif sangat diperlukan untuk mengurangi konflik antar sektor dan menjaga kelestarian ekosistem laut.
Untuk itu, teknologi tidak hanya menjadi alat untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam sektor kelautan, tetapi juga untuk memastikan bahwa kegiatan ekonomi tidak merusak sumber daya alam yang seharusnya dikelola secara berkelanjutan. Teknologi monitoring, manajemen data, dan inovasi berbasis alam dapat menjadi kunci dalam mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Sebagai kesimpulan, ekonomi biru menawarkan peluang besar untuk memperkuat perekonomian global sambil menjaga kelestarian laut sebagai ekosistem yang vital bagi kehidupan di Bumi. Teknologi inovatif memainkan peran penting dalam mewujudkan potensi ini, namun teknologi saja tidak cukup tanpa adanya kebijakan yang mendukung dan pengelolaan yang bijaksana.
"Blue Economy 3.0 is about combining economic growth with the regeneration of ecosystems, ensuring that development in the ocean does not deplete, but rather restores, the planet’s resources." -Gunter Pauli, 2020
Referensi:
Wenhai, L., Cusack, C., Baker, M., Tao, W., Mingbao, C., Paige, K., Xiaofan, Z., Levin, L., Escobar, E., Amon, D., Yue, Y., Reitz, A., Sepp Neves, A. A., O’Rourke, E., Mannarini, G., Pearlman, J., Tinker, J., Horsburgh, K. J., Lehodey, P., … Yufeng, Y. (2019). Successful blue economy examples with an emphasis on international perspectives. In Frontiers in Marine Science (Vol. 6, Issue JUN). Frontiers Media S.A. https://doi.org/10.3389/fmars.2019.00261
SPT PPh OP: Panduan Lengkap untuk Wajib Pajak Orang Pribadi
11 April 2025
Mengenal Coretax: Sistem Administrasi Perpajakan Modern di Indonesia
10 April 2025
Ingin Menjadi Seorang Auditor? Simak Persyaratannya!
10 April 2025
Akuntansi UBAYA Berkomitmen Membekali Mahasiswa Dengan Pelaporan Berkelanjutan
09 April 2025
judul2025-04-09 16:02:33
09 April 2025
Kenapa Sih Akuntansi Biaya Penting dalam Pengambilan Keputusan Manajerial?
26 Maret 2025
Belajar Coretax Bersama Ahlinya: Kolaborasi Akuntansi UBAYA Dengan WiN Partners dan Tax Academy Indonesia
26 Maret 2025
Akuntansi UBAYA Berhasil Meraih TOP 5 dalam Perlombaan CFA Institute Research Challenge 2025
26 Maret 2025
Dari Data ke Keputusan: Peran Sistem Informasi Akuntansi dalam Bisnis
24 Maret 2025
Akuntansi UBAYA Kembali Berprestasi di Lomba Karya Tulis Ilmiah eLKTIA 2025
24 Maret 2025
Yuk Kenali Jenis-jenis Anggaran Sektor Publik
21 Maret 2025
Mengenal Cloud Accounting: Solusi Modern untuk Manajemen Keuangan Bisnis
19 Maret 2025
Metafora Kuda Troya dan Akuntansi Inovasi: Meningkatkan Nilai Bisnis dengan TikTok
17 Maret 2025
Blockchain Untuk Akuntansi: Meningkatkan Efisiensi dan Kepercayaan dalam Transaksi
17 Maret 2025
Peran Faktor Psikologis dalam Tindakan Fraud: Menentang Konsep Fraud Triangle
10 Maret 2025
judul2025-03-10 19:54:31
10 Maret 2025
judul2025-03-10 19:47:49
10 Maret 2025
judul2025-03-10 19:36:18
10 Maret 2025
Mengoptimalkan Logistik, Bisnis, dan Akuntansi di Era Digital: Peran Internet of Things (IoT) dalam Bisnis dan Akuntansi
09 Maret 2025
Kolaborasi Program Doktor Akuntansi UBAYA dan Valahia University of Targoviste, Romania: Pelatihan Analisis dan Visualisasi Data oleh Dosen Akuntansi UBAYA
04 Maret 2025
Memahami Accrued dan Deferred dalam Akuntansi: Prinsip Dasar Dalam Pembuatan Jurnal Penyesuaian
04 Maret 2025
Dampak dan Implikasi dari Corporate Action bagi Investor
04 Maret 2025
Job Costing vs Process Costing: Perbedaan, Contoh, dan Aplikasi dalam Akuntansi Biaya
04 Maret 2025
Mengenal Jurnal Umum dan Jurnal Khusus: Perbedaan, Fungsi, dan Cara Memaksimalkan Penggunaannya
19 Februari 2025
Reformasi Pajak: Langkah Menuju Sistem Perpajakan yang Adil, Efisien, dan Mendukung Pertumbuhan Ekonomi
10 Februari 2025
Mengenal Komponen Utama Sistem Informasi Akuntansi Serta Manfaatnya!
31 Januari 2025
Akuntansi UBAYA Berperan dalam Meningkatkan Pengungkapan Keberlanjutan Bersama IAI Jawa Timur
31 Januari 2025
Akuntansi UBAYA Berhasil Raih Juara 1 Dalam Ajang Lomba Cerdas Cermat Auditphoria 5.0
31 Januari 2025
Behavioral Finance: Mengenal Perilaku Investor dalam Mengambil Keputusan Investasi
30 Januari 2025
Mengapa Anggaran dan Realisasi Bisa Berbeda? Simak Penyebabnya
23 Januari 2025
Tarif PPN 12% Mulai 2025: Simak Daftar Barang Mewah dan Cara Menghitung Pajaknya
22 Januari 2025
Memahami Perubahan Tarif PPN 12 25: Berita terkini tentang Pemutihan dan Kode Faktur Pajak dalam Pelaporan Pajak yang Akurat
20 Januari 2025
Yuk Kenali Jenis- Jenis Laporan Keuangan dalam Akuntansi
20 Januari 2025
Mahasiswa Akuntansi UBAYA Kembali Raih Prestasi di Ajang Nasional Lomba Debat Abiyasa Airlangga 2024
22 Desember 2024
Belajar Tentang Pajak Langsung dari Ahlinya: Artax Hadir di Akuntansi UBAYA
22 Desember 2024
Mahasiswa Akuntansi UBAYA Raih Penghargaan 3rd Best Institutional Judge di NOVED 2024