Pemanfaatan Model Penerimaan Teknologi dalam Penggunaan QRIS oleh UMKM di Pusat Wisata Kuliner Surabaya
19 April 2025
81
Suka
Pada era digital yang terus berkembang, metode pembayaran digital seperti QR Code semakin menjadi pilihan utama dalam transaksi keuangan. Bank Indonesia telah memperkenalkan Quick Response Indonesia Standard (QRIS) sebagai standar nasional untuk sistem pembayaran berbasis QR code. Tujuannya untuk mendorong kemudahan, efisiensi, dan keamanan transaksi, terutama bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Namun, penerapan QRIS di sektor kuliner, khususnya di Pusat Wisata Kuliner Surabaya, masih belum optimal. Dalam artikel ini akan dibahas penelitian yang mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi niat para pelaku UMKM dalam menggunakan QRIS dengan pendekatan Technology Acceptance Model (TAM).
Dari penelitian terbaru yang dilakukan, diperoleh beberapa persepsi terkait penggunaan QRIS, antara lain:
1.Perceived Usefulness Memiliki Pengaruh Signifikan
Persepsi terhadap kegunaan (perceived usefulness) memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap niat menggunakan QRIS. UMKM yang meyakini bahwa QRIS dapat meningkatkan efisiensi transaksi, mengurangi kontak fisik, serta memberikan keamanan yang lebih baik, cenderung memiliki keinginan lebih kuat untuk mengadopsinya.
2. Perceived Ease of Use Tidak Berpengaruh Langsung
Kemudahan penggunaan (perceived ease of use) tidak terbukti berpengaruh langsung terhadap niat menggunakan QRIS. Meskipun QRIS mudah digunakan, hal ini tidak cukup untuk mendorong UMKM agar menggunakannya, kecuali mereka juga melihat manfaat nyata dari teknologi tersebut.
3. Perceived Ease of Use Mempengaruhi Perceived Usefulness
Meski tidak berpengaruh langsung, kemudahan penggunaan terbukti berdampak besar terhadap persepsi kegunaan. Jika pelaku UMKM merasa QRIS mudah dipelajari dan digunakan, maka kemungkinan mereka menganggap teknologi ini bermanfaat bagi usaha mereka. Hal ini memperkuat pentingnya edukasi dan pendampingan penggunaan QRIS.
4. Pengaruh Tidak Langsung melalui Perceived Usefulness
Kemudahan penggunaan tidak berpengaruh langsung terhadap niat menggunakan QRIS, melalui perantara persepsi kegunaan. Artinya, secara tidak langsung, edukasi yang membuat pengguna merasa penggunaan QRIS mudah, akan mendorong mereka untuk menggunakannya karena mereka akan melihat nilai tambahnya.
5. Pentingnya Intervensi Non-Teknis
Niat menggunakan QRIS tidak hanya ditentukan oleh aspek teknis, seperti kemudahan sistem, tetapi juga persepsi terhadap nilai bisnis dari penggunaan QRIS. Hal ini membuka ruang bagi intervensi dari sisi pelatihan, pemasaran, hingga dukungan kebijakan untuk mendorong adopsi yang lebih luas.
Penelitian ini memberi masukan penting bagi pemangku kepentingan seperti pemerintah, Bank Indonesia, dan lembaga keuangan dalam penggunaan teknologi. Dalam menggunakan teknologi, jangan hanya fokus pada kemudahan penggunaan, tetapi juga pada cara membangun persepsi bahwa teknologi benar-benar bermanfaat bagi pelaku usaha.
Persepsi manfaat (perceived usefulness) adalah kunci utama dalam mendorong penggunaan QRIS oleh UMKM di sektor kuliner. Sementara kemudahan penggunaan secara tidak langsung berperan penting karena dampaknya akan signifikan saat pelaku usaha menyadari manfaat yang diperoleh dari QRIS. Edukasi, pelatihan, dan promosi yang tepat sangat penting untuk meningkatkan adopsi QRIS. Dengan meningkatnya penggunaan QRIS, UMKM dapat menjadi lebih efisien dan siap bersaing pada era ekonomi digital.
*Note:
Ulasan di atas merupakan rangkuman dari:
Firdausi, N. R., & Antonio, G. R. (2025). The Impact of the Technology Acceptance Model on the Use of QR Code Payment as a Digital Payment Method among MSME Entrepreneurs in the Culinary Tourism Center of Surabaya. UTSAHA: Journal of Entrepreneurship, 4(1), 14-30.