Saat Emosi Bertemu Bias Recency: Apakah Keputusan Investasi Jadi Lebih Buruk?
15 Mei 2025
73
Suka
Dalam dunia investasi yang penuh ketidakpastian, investor sering mengandalkan informasi terbaru untuk mengambil keputusan. Fenomena ini dikenal dengan sebutan recency bias, yaitu kecenderungan untuk memberikan bobot yang lebih besar pada informasi terakhir yang diterima. Namun, bagaimana jika kondisi emosi seseorang, seperti rasa bahagia atau sedih, ikut bermain dalam proses pengambilan keputusan? Penelitian yang dilakukan oleh dosen Akuntansi UBAYA, Dr. Felizia Arni Rudiawarni, S.E., M.Ak., CFP., mencoba menjawab pertanyaan tersebut menggunakan pendekatan eksperimental di pasar negara berkembang seperti Indonesia.
Penelitian tersebut melibatkan mahasiswa tingkat akhir sebagai partisipan, yang diposisikan sebagai investor ritel. Mereka dibagi menjadi empat kelompok. Dua kelompok berdasarkan kondisi emosi, yaitu bahagia dan sedih, serta dua kelompok berdasarkan urutan informasi, yaitu berita baik lalu buruk (GNBN), dan berita buruk lalu baik (BNGN). Emosi dipicu melalui cerita dan video pendek sebelum peserta diberikan studi kasus investasi yang memuat informasi keuangan secara berurutan.
Hasil utama penelitian tersebut menunjukkan bahwa recency bias sangat kuat. Terlepas dari kondisi emosi, peserta tetap lebih terpengaruh oleh informasi terakhir yang mereka terima. Dalam kondisi GNBN, peserta cenderung memberikan penilaian yang lebih rendah dibandingkan ketika mereka menerima informasi dalam urutan BNGN. Hal ini menunjukkan bahwa berita buruk di akhir memiliki dampak yang lebih besar dalam menurunkan valuasi saham.
Namun, terdapat temuan menarik saat meneliti reaksi peserta pada titik perubahan informasi (urutan keempat), yakni saat berita berubah arah. Dalam kondisi GNBN, peserta yang berada dalam kondisi emosi bahagia justru mengalami penurunan penilaian yang lebih tajam dibandingkan dengan yang sedih. Artinya, emosi bahagia membuat seseorang lebih rentan terhadap efek negatif daripada perubahan informasi yang tiba-tiba.
Selain itu, penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa informasi negatif memiliki pengaruh yang lebih kuat daripada informasi positif. Ketika perusahaan menyampaikan informasi buruk setelah serangkaian kabar baik, investor cenderung bereaksi lebih keras. Hal ini penting bagi manajemen perusahaan yang ingin menyusun strategi komunikasi publik. Lebih baik menyampaikan berita buruk lebih dahulu, baru kemudian berita baik.
Secara statistik, interaksi antara emosi dan urutan informasi tidak menunjukkan signifikansi yang kuat terhadap nilai keputusan akhir. Tetapi, pola perilaku tetap mengindikasikan bahwa emosi dapat memperbesar atau memperkecil dampak dari recency bias, tergantung pada konteks urutan informasinya.
Meskipun tidak mengubah pengaruh recency bias secara signifikan, emosi tetap berperan penting dalam persepsi dan reaksi terhadap informasi baru, terutama ketika terjadi perubahan arah. Dengan memahami dinamika ini, perusahaan publik dan pelaku pasar dapat membentuk strategi komunikasi yang cerdas agar tidak “dihukum” terlalu keras oleh pasar. Penelitian ini juga membuka jalan bagi studi lanjutan tentang interaksi antara psikologi emosi dan perilaku keuangan di pasar negara berkembang.
*Note:
Ulasan diatas merupakan rangkuman dari:
Rudiawarni, F. A., Narsa, I. M., & Tjahjadi, B. (2020). Are emotions exacerbating the recency bias?: An experimental study. International Journal of Trade and Global Markets, 13(1), 61–70.
SPT PPh OP: Panduan Lengkap untuk Wajib Pajak Orang Pribadi
11 April 2025
Mengenal Coretax: Sistem Administrasi Perpajakan Modern di Indonesia
10 April 2025
Ingin Menjadi Seorang Auditor? Simak Persyaratannya!
10 April 2025
Akuntansi UBAYA Berkomitmen Membekali Mahasiswa Dengan Pelaporan Berkelanjutan
09 April 2025
judul2025-04-09 16:02:33
09 April 2025
Kenapa Sih Akuntansi Biaya Penting dalam Pengambilan Keputusan Manajerial?
26 Maret 2025
Belajar Coretax Bersama Ahlinya: Kolaborasi Akuntansi UBAYA Dengan WiN Partners dan Tax Academy Indonesia
26 Maret 2025
Akuntansi UBAYA Berhasil Meraih TOP 5 dalam Perlombaan CFA Institute Research Challenge 2025
26 Maret 2025
Dari Data ke Keputusan: Peran Sistem Informasi Akuntansi dalam Bisnis
24 Maret 2025
Akuntansi UBAYA Kembali Berprestasi di Lomba Karya Tulis Ilmiah eLKTIA 2025
24 Maret 2025
Yuk Kenali Jenis-jenis Anggaran Sektor Publik
21 Maret 2025
Mengenal Cloud Accounting: Solusi Modern untuk Manajemen Keuangan Bisnis
19 Maret 2025
Metafora Kuda Troya dan Akuntansi Inovasi: Meningkatkan Nilai Bisnis dengan TikTok
17 Maret 2025
Blockchain Untuk Akuntansi: Meningkatkan Efisiensi dan Kepercayaan dalam Transaksi
17 Maret 2025
Peran Faktor Psikologis dalam Tindakan Fraud: Menentang Konsep Fraud Triangle
10 Maret 2025
Mengoptimalkan Logistik, Bisnis, dan Akuntansi di Era Digital: Peran Internet of Things (IoT) dalam Bisnis dan Akuntansi
09 Maret 2025
Kolaborasi Program Doktor Akuntansi UBAYA dan Valahia University of Targoviste, Romania: Pelatihan Analisis dan Visualisasi Data oleh Dosen Akuntansi UBAYA
04 Maret 2025
Memahami Accrued dan Deferred dalam Akuntansi: Prinsip Dasar Dalam Pembuatan Jurnal Penyesuaian
04 Maret 2025
Dampak dan Implikasi dari Corporate Action bagi Investor
04 Maret 2025
Job Costing vs Process Costing: Perbedaan, Contoh, dan Aplikasi dalam Akuntansi Biaya
04 Maret 2025
Mengenal Jurnal Umum dan Jurnal Khusus: Perbedaan, Fungsi, dan Cara Memaksimalkan Penggunaannya