Masuk / Daftar
31 Mei 2025
Ho Chi Minh, 15 Mei 2025— Salah satu Legenda Akuntansi Universitas Surabaya (UBAYA), Bapak Dr. Drs. Wiyono Pontjoharyo, M.M., Ak., CMA, berhasil meraih penghargaan Best Paper dalam sebuah konferensi internasional INSYMA ke 22 di Vietnam.
Kemenangan ini cukup mengejutkan sekaligus membanggakan mengingat persiapan yang dilakukan Bapak Pontjo mengikuti konferensi tersebut tergolong cukup singkat. Walaupun demikian, Bapak Pontjo berhasil mengembangkan paper yang berjudul “Artificial Intelligent in Financial Audit Services as Peril or Prize: Case Study in One of the Big Four Accounting Firm in Surabaya” dengan sangat baik sekaligus membuktikan kegigihan dan kapabilitasnya dalam bersaing melawan lebih dari 200 peserta dari 11 negara yang berbeda.
Dalam paper ini, Bapak Pontjo menggunakan metode kualitatif dengan menekankan keunikan risetnya serta menggabungkan tiga metode utama: wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Ia melakukan wawancara dengan firma akuntansi Big Four di Surabaya untuk menggali peran Artificial Intelligence (AI) dalam audit.
Salah satu temuan menarik adalah pandangan Bapak Pontjo yang menggambarkan Artificial Intelligence sebagai “pedang bermata dua.” AI sangat membantu auditor dalam meningkatkan efisiensi dan akurasi, namun untuk pengambilan keputusan yang bersifat spesifik dan kritis, AI tidak bisa menggantikan kebijaksanaan manusia. Bapak Pon mengingatkan bahaya jika auditor hanya mengandalkan AI tanpa mempertimbangkan nilai kebijaksanaan (wisdom), yang dapat membuat audit kehilangan kualitasnya dan justru dikendalikan sepenuhnya oleh teknologi.
Bapak Pontjo juga menyampaikan pesan penting bagi para mahasiswa dan praktisi akuntansi: “Belajarlah dengan cara yang benar, jangan mencari jalan mudah yang menghalalkan segala cara melalui AI. Gunakan Teknologi hanya sebagai alat bantu, bukan pengganti proses belajar yang membutuhkan waktu dan kedalaman pemahaman. Engkau bisa menipu dosen, temanmu, tapi tidak bisa menipu kemampuanmu sendiri.” Selain itu, beliau juga menegaskan pentingnya menanamkan wisdom dan integrity dalam proses pembelajaran, karena kedua nilai ini tidak dapat digantikan oleh teknologi canggih manapun. “Manusia yang pintar tanpa kebijaksanaan dan integritas adalah tidak berarti,” ujar Bapak Pon.
Sebagai penutup, beliau mengajak seluruh komunitas akademik untuk menyadari bahwa akuntansi adalah ilmu terapan yang harus menyeimbangkan ambisi keilmuan dengan nilai aplikatif dan kontribusi profesional agar mampu memberikan dampak positif bagi bisnis dan masyarakat.
Selamat kepada Bapak Pontjo atas prestasi gemilang ini. Semoga inspirasi dan semangat beliau terus membakar motivasi seluruh komunitas Accounting UBAYA dalam berkarya dan berinovasi.
Populer