Masuk / Daftar
09 Juni 2025
2016, dunia pendidikan akuntansi dikejutkan dengan berita Akuntansi Tuyul. Pasalnya, salah satu mahasiswa Akuntansi UBAYA membuat proyek penilitian dengan judul Akuntansi Untuk Tuyul: Fenomena Penentuan Harga dalam Bisnis Tuyul. Ada pro, ada kontra. Di satu sisi menilai ini sebagai karya yang unik, namun di sisi lain dianggap sebagai “penyesatan” akademik. Dari segala riuh perdebatan yang terjadi di beberapa komunitas, nampaknya saya yang harus mempertanggungjawabkan semuanya, karena sayalah yang sejak awal menyetujui topik bimbingan saya tersebut. Jantung saya berdetak kencang saat berita itu viral. Nasib dan kredibilitas saya sebagai dosen cukup dipertaruhkan.
Seingat saya, saya jumpa dengan F beberapa kali untuk membahas ide topik penelitian dan saya selalu menolak karena tidak adanya novelty yang dapat dipertanggungjawabkan, sampai F datang kesekian kalinya dan menyampaikan niatnya untuk meneliti Tuyul. Hah?! Saya cukup shock mendengarnya. Dengan enteng, F bercerita tentang latar belakang inspirasi di luar kotak itu. Lantas, saya bertanya, “Dimana akuntansinya?” F penasaran dengan proses pengambilan keputusan seorang penjual Tuyul di dalam menentukan harga untuk tiap Tuyul yang diakui dijualnya. F melihat keputusan penetapan harga ini begitu aneh dan tidak rasional. Ia sama sekali tidak mencari tahu apakah Tuyul itu ada atau tidak, karena ini sudah di luar ranah akademik. Ia hanya penasaran dan meneliti pola pengambilan keputusan penetapan harga “produk dunia lain” tersebut, bagaimana para penjual menetapkan harga satu juta, bahkan hingga milyar untuk satu Tuyul. Dalam ilmu akuntansi, fenomena ini dapat dianalisis dari aspek akuntansi manajemen dan akuntansi keperilakuan.
Hasilnya, jelas ada aspek emosional pricing. Sebagian besar pembeli Tuyul adalah mereka yang mencari jalan pintas untuk sukses, cepat kaya. Ada yang terlilit utang, ada yang mengejar gaya hidup hedon, ada pula yang ingin terbebas dari kemiskinan berkepanjangan. Kata kuncinya, sudah tidak ada jalan cepat lainnya dan mereka diliputi emosi yang tidak stabil. Selain itu, ada juga aspek rasional yang dihitung seperti berapa lama pencarian, momentum, resiko, dan nilai barang yang diperlukan untuk melakukan ritual. F ingin mencari bagaimana aspek irrational pricing terjadi dan apa saja yang menyebabkan hal ini, tidak lebih. Bagi pembelajar S1, ini adalah pemikiran yang sangat berani dan kritis yang perlu saya apresiasi. Perjuangannya, pencarian data, literasi, dan demikian banyak catatan revisi yang harus ia penuhi layak menjadikan F sebagai salah satu mahsiswa paling berkesan bagi saya.
Penulis: Bonnie S.
Populer